October 2012
Usia kandungan 6 bulan, suka
kesal sendiri dan memukul perut.
25 february 2013
Kelahiran anak. Aura Bilqis
Humaira Siregar dengan tersenyum kamu melihat dunia.
Baru 2 minggu kelahirannya (bulan
maret), aura menangis, mungkin lapar, atau kencing, dengan tangisan
diutarakannya. Tapi aura dibentak ibunya
[kasihan kamu nak].
Bulan maret 2013,
Saya tidak tidur karena anak saya
juga belum tidur, pukul 5.30 pagi saya buatin susu buat anak, ibunya tertidur
pulas, namanya anak pertama dan belum pengalaman, kalau nangis pasti panik
kenapa.
Anak saya mittar (muntah) kalau kata
orang tua dulu. Susunya keluar dari hidung. Saya panik. Saya banguni ibunya
berulang kali, tapi tidak terbangun. Saya bingung harus melakukan apa. Lalu saya
ke tempat kakak ipar saya (kebetulan sebelahan rumah). Pukul 06.00 pagi sambil
menggendong anak. Saya ketuk pintu rumahnya dan memanggilnya dan menceritakan
apa yang terjadi. Dia langsung menggendong aura dan menidurkannya. Saya lalu
balik ke rumah dan beristirahat karena satu malam tidak tidur. Belum tertidur,
pukul 06.45 ibunya bangun dan bertanya dengan suara keras ke saya. “Mana Aura”,
saya katakan di tempat kakak. Dengan muka marah dia langsung pergi ke tempat
kakak ipar saya. Dan tanpa berkata, dia langsung merampas anak saya. Saya tidak
mau bertengkar karena capek dan tidak tidur semalaman.
23 april 2013, aura kembali
dibentak ibunya. Kasihan kamu nak, belum mengerti sudah dapat perlakuan kasar
seorang ibu kandung.
Agustus 2013
Kami bertengkar, dan dia
mengancam, “kutabrakkan anak ini di depan kau biar puas kau”, Kata ibunya.
13 april 2014
Aura lagi diberi makan sama
ibunya (usia 1 tahun). Aura ngeberantakin makanan, dan bermain-main. Ibunya marah,
ngebentak dan memukul Aura, Aura nangis tersedu-sedu. Saya marah sama ibunya
dan saya gendong Aura biar Aura merasa tenang, dan saya berkata, “jangan pernah
kasar sama anak, anak itu seperti kertas putih, jangan kita mencorengnya dengan
tinta merah”. Tapi saya malah dipelototin ibunya.
Kira-kira pertengahan 2014,
ibunya pernah meminta belikan tes kehamilan. Saya belikan dua. Yang pertama
alatnya kabur, dan yang kedua positif. Setelah itu saya terus mengajaknya ke
bidan agar segera diperiksa. Tapi jawabannya, nantilah.
Tanpa sepengetahuan saya, dia
meminum minuman yang dilarang untuk ibu hamil, ntah apa tujuannya.
Dia meminum kiranti sampai 3
botol, meminum sprite, dan merokok. Mungkin disebabkan itu kehamilannya tidak
jadi dan jatuh. Kalau ditanya, dia tidak mengaku hamil, salah itu tes
kehamilannya, katanya.
Hanya Allah dan dialah yang tau
kebenaran itu. Dan setelah peristiwa itu saya tidak memberi nafkah bathin.
04 Agustus 2014
Pukul 02.00 dini hari, anak saya
Aura muntah-muntah, demam tinggi. Dan sudah berdiam diri. Saya banguni ibunya
tapi tidak terbangun. Saya marah, baru ibunya bangun. Dan langsung melarikan
Aura ke rumah sakit, alhamdulillah dengan penanganan Aura berangsur baik. Aura
opname 5 hari.
17 0ktober 2014
Saya lagi di medan memperbaiki
lensa kamera. Pukul 19.30 saya dapat sms dari ibunya yang isinya,” Yah, aura
sakit. Sdh diam aja aura terserah sama ayah mau lihat aura atau tidak”.
Ibunya lagi pulang ke rumah orang
tua nya, dan tidak mau pulang.
Saat itu saya langsung balik. Naik
bus pukul 20.00. Pukul 24.00 saya sampai Kisaran dan mengajak abang ipar saya
dan temannya ke aek kanopan menjemput anak saya Aura. Di aek kanopan pukul 02.00
dini hari. Di sela itu kami mencoba menghubungi ibunya, dan kakak ibunya. Menelefon
berulang kali tapi tidak diangkat, sms pun tidak dibalas. Kami mencoba mencari
seluruh Rumah Sakit di Aek Kanopan, tapi tiada hasil. Dan terakhir, ada pihak
Rumah Sakit mengatakan pernah ke mari. Di coba jarum infus, tapi gagal sampai 4
kali. Dibawa pulang ibunya ke Gunting Saga, dan saya bertanya ke pihak Rumah
Sakit apa ada Rumah sakit di Gunting Saga, “bukan Rumah Sakit, ke tempat uaknya
katanya”. Teringat saya pernah sekali ke sana. Langsung kami berangkat. Saat itu
perasaan saya deg degan, di tusuk jarum infus sampai 4 kali. Anak demam tinggi
koq dibawa pulang, bukan pihak medis yang menangani, sepele sekali sama anak. Pukul
05.00 kami sampai di tempat uaknya, dan mengetuk pintu. Dan Alhamdulillah
ketemu. Kami datang dengan disambut muka tidak senang. Pukul 06.00 saya bawa
langsung ke Rumah Sakit Setio Husodo. Saya suruh gendong ibunya biar langsung
ke IGD. Ibunya hanya cemberut dan diam. Tanpa berkata saya angkat Aura dan
langsung ke IGD. Penanganan pertama untuk anaklah yang diutamakan, bukan
keegoisan. Anak saya langsung diperiksa, dan dokter menanyakan history
penyakitnya. Karena saya tidak tau, saya suruh bang Andre (teman yang mengawani
saya mencari) manggil ibunya, tapi apa kata ibunya, “Ngapain dibawa kemari,
siapa yang menjaganya di sini”. Astaghfirullah, tega sekali seorang ibu berkata
demikian dengan kondisi anak demam tinggi. Bukan memikirkan kesehatan anak.
Oktober 2014
Di rumah sakit, teman saya
datang. Dan kami duduk di lobby rumah sakit, tapi setiap satu jam saya mencek
ke atas dan melihat kondisi anak. Pukul 01.30 dini hari, saya ke atas bertujuan
melihat kondisi. Tapi kamar dikunci ibunya dari dalam, biar saya tidak bisa
masuk, Astaghfirullah, Cuma itu kata saya. Jadi saya tidur di lobby Rumah sakit
dan menahan sabar.
28 oktober 2014
Bertengkar dan kembali mengancam
mau membunuh Aura.
27 november 2014
Kembali mengancam membunuh anak. Dan
mau mencekik saya, tetapi saya langsung tangkap tangannya dan menyadarkannya.
20 january 2015
Bertengkar, kembali mengancam dan
mengatakan, “kupotong-potong anak ini di depan kau, biar puas kau”. Saya marah.
Apa pun masalahnya, anak jangan jadi korban, dia bukan milik kita tapi titipan
Allah melalui kita.
Mematikan sekring listrik yang
dari kamar, dan mengunci diri dari kamar. Saya marah, “yang lain bisa kamu
lakukan, tapi ini dapur kita, janganlah diganggu. (yang lain maksudnya,
memecahkan gelas, membanting pintu, mengunci diri, dan lainnya). Tapi dia malah
melawan dan melempar benda ke saya. Ya sudah saya mendiamkan, lalu saya
berencana menjahit celana anak saya yang robek, saya ke kamar belakang. Tapi tiba-tiba
dia (ibunya aura) menjerat leher saya dari belakang menggunakan kain panjang. Lama
saya menahan dan tidak melawan, karena apa pun yang akan saya lakukan buah
simalakama tidak ada baiknya. Saya tahan kainnya pakai tangan saya supaya saya
bisa bernapas, tiba-tiba tangan saya terlepas dan leher saya langsung tercekik,
saya hampir mati dan saya manggil si mubah (adek kakak ipar saya) supaya
kemari. Dia datang dan memegang tangannya dan menahannya, dan akhirnya saya
selamat.
Maret 2015
Anak saya sakit lagi di kampung
ibunya. Infeksi pencernaan. Selidik punya selidik, katanya ibunya jarang
memberi makan Aura anak saya. Opname 3 hari
April 2015
Saya dengar kembali sakit dan di
opname 2 hari.
Ya Allah, kuatkanlah anak saya
dalam menghadapi takdirnya.